Sebuah opini mengenai MBKM serta link and match dengan dunia industri di pendidikan tinggi ― Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa Diploma menyumbang 4,59% dalam TPT di Indonesia pada tingkat Pendidikan Tinggi dan 4,8% untuk tingkat Universitas. Dari data tersebut menunjukan bahwa Pendidikan Tinggi menyumbang TPT nomor dua setelah Pendidikan Menengah Atas. Sehingga isu tentang penyerapan tenaga kerja untuk lulusan Pendidikan Tinggi belakangan ini cukup marak di kalangan akademis.

MBKM, Merdeka Belajar
Gambar Ilustrasi Perguruan Tinggi dari Freepik

Dari isu tersebut banyak perguruan tinggi yang mulai berbenah mengenai pola pendidikan yang bisa diadopsi untuk mencegah kenaikan jumlah TPT. Tidak hanya dikalangan perguruan tinggi, akan tetapi Kementerian, Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) juga meluncurkan banyak kebijakan serta program-program dalam memperbaiki pola pendidikan di Indonesia.

MBKM, Kebijakan Pemerintah sebagai Solusi Mengubah Paradigma Pendidikan Tinggi

Sejak pertama kali diluncurkan, kebijakan MBKM oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim mendapatkan respon yang beragam. Ada sebagian yang menanggapi hal tersebut positif dan sebagian menanggapi hal tersebut berdampak kurang baik. Akan tetapi dalam proses perjalan kebijakan MBKM tidak berjalan dengan mulus, sehingga butuh berjilid-jilid untuk terus menyempurnakan program-program yang diharapkan akan berdampak pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul. 

Dengan banyaknya luaran atau output dari proses pembelajaran di pendidikan tinggi yang berkualitas akan mengurangi TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka), sehingga lebih mudah diserap dalam dunia industri dan memiliki daya saing baik nasional maupun internasional.

Sebelum lahirnya kebijakan MBKM sebagian besar proses pembelajaran di pendidikan tinggi mayoritas dilakukan secara konvensional termasuk saya sebagai mahasiswa angkatan 2000-an. Dengan niat lulus tepat waktu dengan nilai terbaik adalah dambaan bagi setiap mahasiswa. Dengan lulus tepat waktu serta nilai yang terbaik diharapkan untuk cepat mendapatkan pekerjaan dengan upah yang besar. Hal tersebut adalah mimpi dari hampir semua mahasiswa kala itu. Hanya sebagian kecil dari program studi tertentu, bahkan perguruan tinggi tertentu yang menerapkan “semacam” MBKM saat ini, akan tetapi hanya di level-level terkecil. 

Akan tetapi dengan adanya MBKM ini akan menjadi peluang besar, bahkan terciptanya kerja sama dari masih sebagai mahasiswa sangat terbuka lebar. Itu dibuktikan dengan banyaknya program-program turunan dari MBKM salah satunya magang industri. 

Bedasarkan sumber dari laman resmi https://kampusmerdeka.kemdikbud.go.id/ berikut manfaat dari MBKM antara lain:

  1. 725.000 lebih mahasiswa sudah terdaftar
  2. 14.000 lebih sekolah telah menerima manfaat bantuan pengajaran
  3. 3.000 lebih organisasi dan perusahaan yang menjadi mitra
  4. 1.300 lebih perguruan tinggi yang mengikuti program Kampus Merdeka

Dengan program luar biasa dari MBKM dan ribuan mitra yang sudah bekerjasama dengan perguruan tinggi, apakah sudah bisa memberikan solusi terkait dengan link & macth yang sesuai dengan industri? Mari kita kupas dampak baik dan buruk MBKM dalam mempengaruhi hal tersebut.

link and match
Baca Juga: Pengaruh Kurikulum dalam Meningkatkan Link and Match antara Lulusan Perguruan Tinggi dan Kebutuhan Industri

Dampak Baik dan Buruk MBKM

Dengan berbagai program yang ditawarkan MBKM bisa menjawab bahwa tantangan dunia kerja kedepan tidak bisa hanya tergantung dalam satu disiplin ilmu, tapi  lulusan diberi peluang untuk bisa menguasai berbagai disiplin ilmu (multi disiplin ilmu) sehingga lulusan bisa lebih mudah diserap ke dunia industri yang beragam sesuai dengan pengalaman yang dimiliki. 

Hal tersebut memungkinkan, karena mahasiswa bisa diberikan pengalaman mempelajari disiplin ilmu yang berbeda, bahkan sampai dengan magang sesuai dengan keinginan minat dan bakat dari mahasiswa yang bersangkutan. Akan tetapi keterbukaan ini ternyata tidak terus menjamin mahasiswa berproses dengan lebih baik. Jika mahasiswa tidak diberikan pengawasan serta arahan yang tepat oleh dosen, maka akan mengakibatkan mahasiswa tidak tentu arah. Sehingga banyak mahasiswa hanya ingin ikut kegiatan atau program MBKM yang ditawarkan saja tanpa didasari landasan keinginan yang tepat sasaran. 

Mencegah Dampak Buruk MBKM untuk Link & Match Pendidikan

Dampak proses MBKM yang tanpa pengawasan dan arahan akan membuat lulusan akan tidak sesuai dengan capaian pembelajaran. Untuk itu perguruan tinggi sudah mulai berbenah dalam kurikulum, salah satunya dengan menerapkan Outcome Based Education (OBE). Dengan menerapkan OBE, potret lulusan menjadi lebih jelas dan diturunkan dalam Capaian Pembelajaran (CP) dan Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK). 

Dengan hal tersebut, mahasiswa bisa teredukasi lebih dini untuk multi disiplin, ilmu apa saja yang akan mendukung disiplin ilmu yang utama. Contoh: untuk menjadi big data analisis selain mempelajari komputasi juga harus mempelajari ilmu statistik dan bahkan disiplin ilmu lainnya. 

Masih menjadi tantangan bagi perguruan tinggi untuk mencetak sumber daya manusia (SDM) yang unggul. Namun dengan pengawasan dan arahan terhadap kegiatan-kegiatan mahasiswa selama proses kuliah akan menjadi kunci yang pas supaya Link & Match’ pendidikan dengan dunia industri akan terwujud. Hal tersebut menjadi penting karena lulusan dinilai sudah lebih siap dengan memiliki bekal multi disiplin ilmu yang saling berkaitan, sehingga terciptalah lulusan yang berkualitas dan siap bekerja.

Bagi saya yang bukan mahasiswa produk MBKM, persiapan serta pengetahuan tentang dunia kerja dilakukan secara paralel waktu bekerja, sehingga istilah learning by doing sangat melekat di awal karir saya sebagai programmer. Walaupun bidang ilmu saat kuliah dengan pekerjaan saya sesuai, tentu tidak mudah pada awal masuk bekerja untuk terus bisa mengikuti ritme di dunia kerja.

Betapa luar biasanya jika dewasa ini mahasiswa bisa mengikuti MBKM sehingga mengenal lebih dini kebutuhan di dunia kerja, baik pekerjaan yang sesuai bidang ilmu maupun tidak. Semoga dengan ulasan kecil ini kita jauh lebih bisa memahami bagaimana pelaksanaan MBKM yang tepat, sehingga dapat melahirkan Link & Match pendidikan terhadap kebutuhan industri, yang kemudian akan menghasilkan luaran atau lulusan yang berkualitas dan siap kerja sehingga TPT di Indonesia yang berasal dari pendidikan tinggi akan semakin berkurang.


Sebuah pemikiran dari Waskito Zamani